Halaman

Sabtu, 03 Agustus 2013

Mengenal Sejarah Stadion Sriwedari dan Manahan Solo

Mengenal Sejarah Stadion Sriwedari dan Manahan Solo

Warga Solo atau pun Pasoepati, siapa yang tidak kenal dengan stadion Sriwedari dan stadion Manahan Solo? Dua bangunan tersebut merupakan kandang dari tim Persis Solo. Sebelum berdirinya Gelora Manahan, Persis Solo menggunakan stadion legendaris Sriwedari sebagai kandangnya. Tapi tunggu dulu, selain Persis ada klub Solo lainnya yang juga berkandang di stadion Sriwedari, klub tersebut adalah Arseto Solo.
Lampu stadion Manahan, Solo
Setelah Gelora Manahan berdiri dan diresmikan di awal tahun 1998, praktis semua kegiatan olah raga di kota Solo terpusat di tempat tersebut. Hanya saja, klub Persis Solo tetap menjadikan stadion Sriwedari sebagai kandangnya. Sementara Arseto, di tahun 1998 malah membubarkan diri seiring dengan bubarnya kompetisi.
Pada umumnya, penikmat sepakbola Solo hanya tahu stadion Sriwedari dan stadion Manahan sebagai kandang Persis Solo atau Arseto. Namun, tak banyak dari mereka yang mengetahui tentang sejarah kedua stadion tersebut yang notabenenya memiliki nilai-nilai sejarah dan kebanggaannya masing-masing. Berikut ini kami sajikan sejarah dan kebanggaan apa aja yang dimiliki oleh stadion Sriwedari dan stadion Manahan Solo.
Stadion Sriwedari
Stadion R. Maladi Sriwedari, Solo
Stadion Sriwedari merupakan stadion tertua di Indonesia. Stadion legendaris ini mempunyai peranan yang besar baik dalam bidang olah raga maupun sejarah perjuangan fisik bangsa Indonesia. Stadion Sriwedari merupakan stadion pertama yang dibangun oleh bangsa Indonesia. Sementara stadion-stadion lainnya saat itu dibangun oleh orang-orang Belanda. Sejarah berdirinya stadion Sriwedari diawali di tahun 1932. Ketika itu, Sri Susuhunan Paku Buwono X dari Keraton Surakarta memiliki inisiatif membangun sebuah stadion untuk kegiatan olah raga kerabat kraton dan kalangan pribumi.
Di kota Surakarta saat itu, atlet sepak bola Bumiputra hanya diperbolehkan bermain sepak bola di lapangan alun-alun kidul, tanpa menggunakan alas kaki. Melihat perlakuan yang tidak adil tersebut, membuat R.M.T Wongsanegoro mengusulkan kepada Raja Surakarta agar membangun stadion sendiri yang dikhususkan untuk menampung atlet sepak bola Bumiputra. Kemudian Raja Surakarta yang berkuasa saat itu langsung menyetujuinya dan memberikan lokasi di kebun Suwung, kelurahan Sriwedari. Perencana stadion Sriwedari dipercayakan kepada Mr. Zeylman dengan menghabiskan biaya sebesar 30000 gulden. Sementara pelaksana proyek pembangunannya dilakukan oleh R. Ng. Tjondrodiprojo dengan dibantu 100 pekerjanya dan memakan waktu selama 8 bulan. Stadion Sriwedari yang berbentuk oval dan dilengkapi dengan lintasan atletik dan lampu sorot di setiap sudut ini akhirnya selesai dibangun pada tahun 1933.
Di tahun 1948 atau tepatnya tanggal 8-12 September, stadion Sriwedari dipakai sebagai tempat penyelenggaraan Pekan Olah raga Nasional (PON) yang pertama. Kemudian selang setahun kemudian, di tahun 1949, stadion Sriwedari digunakan sebagai tempat dilakukannya serah terima kekuasaan pemerintah pendudukan Belanda atas kota Surakarta kepada pemerintah Republik Indonesia. Karena nilai sejarahnya yang sangat besar tersebut, kemudian stadion Sriwedari dilakukan pemugaran pada tahun 1982. Tujuan dari pemugaran tersebut adalah untuk memulihkan kembali stadion Sriwedari menjadi seperti semula. Menjadi sarana kegiatan olah raga yang lebih baik. Konsep dari pemugaran stadion Sriwedari sendiri meliputi perbaikan area stadion sebagai stadion olah raga sepak bola, lintasan lari maupun lompat jauh. Selain itu juga dilakukan perbaikan area taman parkir stadion dari yang awalnya adalah area kebun binatang dan juga pembuatan pemukiman olahragawan atau mess atlet.
Pada tanggal 4 Agustus 2003, pemerintah kota Solo di bawah pimpinan walikota Slamet Suryanto mengubah nama stadion Sriwedari menjadi Stadion R. Maladi. Pengubahan nama tersebut atas usulan paguyuban eks Tentara Pelajar Brigade 17 Surakarta sebagai wujud penghormatan atas jasa-jasa mantan Menteri Olahraga yang sekaligus desainer stadion tersebut. Semula nama R. Maladi akan diabadikan sebagai nama stadion Manahan, namun karena alasan kesejarahan, Pemkot Solo akhirnya memutuskan untuk menggantikan nama stadion Sriwedari. Dan pada November 2011 di bawah kepemimpinan walikota Joko Widodo, pemerintah kota Solo mengembalikan lagi nama stadion R. Maladi menjadi stadion Sriwedari.
Data Teknis dan Fasilitas Stadion
  • Luas seluruh komplek Stadion 58.579 m2
  • Luas Stadion 24.011 m2
  • Ukuran lapangan sepakbola 70 x 100 m2
  • Stadion Sriwedari memiliki 5 pintu masuk yang mengelilingi area Stadion.
  • Di dalam Stadion Sriwedari terdapat tribun tertutup di sisi Barat untuk penonton VIP dan umum, tribun terbuka di Timur , Utara dan Selatan. Kapasitas tribun VIP 250 orang, tribun tertutup umum 1.125 orang, tribun terbuka 10000 orang. Total kapasitas Stadion Sriwedari berkisar 12.000 orang.
  • Di bawah tribun tertutup VIP terdapat kantor pengelola Stadion dan 2 ruang ganti pemain lengkap dengan kamar mandi.
  • Luas area parkir dapat menanpung 250 kendaraan bermotor roda empat dan 400 kendaraan roda dua.
  • Terdapat 3 tiketbox untuk melayani pembelian tiket masuk.
  • Terdapat 2 lampu penerangan Stadion, 400 lux
Stadion Manahan
Stadion Manahan Solo
Stadion Manahan Solo
Bangunan besar bercat putih yang terletak di jalan Adi Sucipto tersebut, adalah salah satu bagian dari fasilitas yang terdapat di kompleks Gelora Olah Raga Manahan. Nama Manahan sendiri diambil dari nama sebuah kelurahan yang berada di kecamatan Banjarsari, Surakarta. Di kelurahan itulah stadion Manahan berdiri kokoh diantara bangunan sekitarnya yang telah terisi dengan perumahan, sekolah, tempat ibadah, ruang terbuka hijau dan jalan raya dengan deretan pohon cemara di pinggirnya.
Stadion Manahan Surakarta adalah persembahan dari yayasan Ibu Tien Soeharto. Pembangunannya dimulai sejak tahun 1989 dengan menggunakan luas areal lahan sebesar 170.000 m2 dan luas bangunan 33.300 m2. Butuh waktu 9 tahun lamanya untuk mengubah sebuah lahan kosong menjadi bangunan kokoh stadion Manahan. Dan tepat pada hari Sabtu tanggal 21 Februari 1998, stadion Manahan akhirnya diresmikan oleh Presiden Republik Indonesia, Soeharto. Dalam pengelolaan stadion Manahan, pemerintah kota Surakarta menyerahkannya kepada Yayasan Gelora Surakarta.
Stadion Manahan Surakarta merupakan salah satu stadion berstandar Internasional yang ada di Indonesia. Selain memiliki fasilitas tribun terbuka di sisi timur, selatan dan utara, stadion Manahan juga dilengkapi dengan tribun tertutup (VIP) di sisi tribun bagian barat, lengkap dengan kursi penonton. Kapasitas di tribun stadion Manahan mampu menampung jumlah penonton hingga mencapai 35.000 orang.
Fasilitas lain yang menjadi satu dengan bangunan stadion Manahan diantaranya track lintasan lari/atletik, lompat jauh, tenis meja, latihan yudo, latihan tarung drajat, ruang kesehatan, ruang sekretariat, ruang wartawan dan ruang konferensi pers. Sedangkan di kompleks Gelora Manahan sendiri, fasilitas olah raga yang tersedia malah terbilang lebih lengkap dan beragam karena tersedia lapangan tenis, balap sepeda, bola voli, basket, bulu tangkis, ruang tenis meja, ruang bilyard, 3 buah lapangan sepak bola dan gedung olahraga (GOR).
Dilihat dari letak geografisnya, keberadaan stadion Manahan di kota Solo terbilang sangat strategis. Berdiri megah di tengah-tengah pusat kota, berdekatan dengan bandar udara, perhotelan, jalan raya dan pusat perbelanjaan, menjadikan stadion Manahan sebagai salah satu tempat yang sangat representatif dalam menggelar event-event olah raga berskala nasional maupun internasional.
September 2008, stadion Manahan terpaksa ditutup karena tengah dilakukan renovasi stadion. Proyek renovasi drainase lapangan yang menelan biaya sekitar 1,6 miliar rupiah adalah untuk menghilangkan image negatif dari stadion Manahan sebagai stadion pelanggan banjir. Semua permukaan lapangan mengalami perombakan dan perbaikan. Rumput hijau yang menutup permukaan lapangan, semuanya dicabut digantikan dengan rumput jenis baru. Jenis rumput Dactylon Cynodon (rumput bermuda) sengaja didatangkan dari Batam untuk ditanam di lapangan stadion Manahan. Jenis rumput tersebut sama dengan jenis rumput yang tertanam di lapangan Stadion Sultan Agung, Bantul. Dactylon Cynodon adalah jenis rumput yang bukan standar yang ditentukan oleh FIFA untuk lapangan sepak bola, karena jenis rumput tersebut biasa digunakan untuk lapangan golf. Sedangkan konstruksi drainase lapangan Manahan yang terdiri dari pipa-pipa dan kain filter pasir, terpaksa didatangkan dari negara tetangga, Malaysia.
Untuk menutup permukaan lapangan, dibutuhkan pasir sebanyak 1600 m3. Pasirnya sendiri didatangkan dari pantai Samas Yogyakarta, yang tidak banyak memiliki kandungan garam. Dari proyek renovasi tersebut, akhirnya stadion Manahan berhasil melepas predikat buruknya sebagai stadion pelanggan banjir. Sekarang, meski hujan deras mengguyur dari atas stadion, lapangan Manahan tidak akan lagi tampak genangan air yang bisa menyebabkan banjir. Hal ini pun menghapus julukan stadion Manahan yang sebelumnya kerap disebut stadion pelanggan banjir.
Juli 2009, setelah menunggu hingga berbulan-bulan, akhirnya seluruh rangkaian renovasi stadion Manahan telah rampung dikerjakan. Stadion Manahan pun kembali dibuka dan difungsikan. Pekan Olah Raga Provinsi Jawa Tengah (PORPROV JATENG) 2009, menjadi event pertama yang digelar di stadion Manahan pasca stadion tersebut mengalami renovasi.
Data Teknis dan Fasilitas Stadion:
  • Luas area komplek Stadion 170.000 m2.
  • Luas bangunan Stadion 33.300 m2
  • Ukuran lapangan Stadion 75 x 111 m2
  • Lintasan lari, atletik dan lompat jauh.
  • Gerbang masuk area komplek Stadion 5 buah.
  • Pintu masuk Stadion 4 buah.
  • Pintu masuk penonton di tribun 24 buah.
  • Jarak pagar ke penonton 20 m
  • Daya penerangan 53.000 watt
  • Di tribun tertutup terdapat ruang kesehatan, ruang sekretariat, ruang wartawan, ruang konfrensi pers, ruang wasit, 2 ruang ganti pemain lengkap dengan toilet dan ruangan pemanasan pemain.
  • Total toilet di tribun penonton 32 unit.
  • Di bawah tribun Stadion terdapat perkantoran pengelola Stadion, kantor KONI Surakarta, kantor KPU Kota Surakarta, kantor EXA International, Kantor Tarung Drajat, Kantor Granat. Juga terdapat ruang latihan Yudo dan tenis meja.
  • Luas area parkir Stadion Manahan mampu menampung 2.300 motor dan 300 mobil.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar